Dengan Belajar Kau Bisa Mengajar, Dengan Mengajar Kau Bisa Paham

Translate

Selasa, 12 Juni 2012

ANALISIS BERPACARAN PADA MASA ADOLESEN


A. Pengertian Pacaran
Pacaran atau dating adalah interaksi heteroseksual yang didasari rasa cinta, kasih dan sayang serta saling memberi dan melengkapi pasangannya. Menurut Guerney dan Arthur (Dacey & Kenney, 1997), pacaran adalah aktifitas sosial yang membolehkan dua orang yang berbeda jenis kelaminnya untuk terikat dalam interaksi sosial dengan pasangan yang tidak ada hubungan keluarga. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga, 2002:807), pacar adalah kekasih atau teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta-kasih. Berpacaran adalah bercintaan; (atau) berkasih-kasihan (dengan sang pacar). Memacari adalah mengencani; (atau) menjadikan dia sebagai pacar. Sementara kencan sendiri menurut kamus tersebut (lihat halaman 542) adalah berjanji untuk saling bertemu di suatu tempat dengan waktu yang telah ditetapkan sebelumnya. 
B. Tahapan Pacaran
Imran (2000) dalam modul perkembangan seksualitas remaja mengatakan ada lima tahap berpacaran yaitu :
a. Tahap ketertarikan
Sumber ketertarikan terhadap lawan jenis sangat bervariasi, antara lain penampilan fisik, kemampuan, karakter atau sifat, dan lain-lain. Pada tahap ini biasanya masing-masing individu mengirim sinyal-sinyal, baik verbal maupun non verbal untuk menunjukkan rasa ketertarikannya.
b. Tahap ketidakpastian
Pada tahap kedua, terjadi peralihan dari rasa tertarik kearah tidak pasti, tepat, atau tidaknya pasangan. Tantangan tahap ini adalah menerima ketidakpastian ini sebagai sesuatu yang wajar dan jangan goyah. Jika seseorang yang memiliki hubungan yang istimewa dengan lawan jenis adalah normal. Jika mendadak ragu apakah akan melanjutkan hubungan tersebut atau tidak. Tanpa melalui tahap ini, maka seseorang akan dapat mudah berpindah dari satu pria ke pria lain atau dari suatu wanita ke wanita lain.
c. Tahap komitmen dan ketertarikan
Pada tahap ketiga ini seseorang ingin berkencan dengan lawan jenisnya secara eksklusif. Setiap orang ingin mendapatkan kesempatan memberi dan menerima cinta dalam suatu hubungan yang khusus tanpa harus bersaing dengan orang lain. Pada tahap ini, setiap orang berusaha untuk menciptakan hubungan yang romantis dan saling cinta dengan pasangannya.
d. Tahap keintiman
Pada tahap ini mulai merasakan adanya keintiman. Tahap ini merupakan kesempatan untuk lebih mengungkapkan diri dengan pasangan.
e. Tahap pertunangan
Dengan adanya kepastian akan menikah, maka seseorang akan mengikatkan diri dengan pasangannya. Pada saat inilah mulai banyak mengumpulkan pengalaman tentang saling berbagi, memecahkan ketidaksepakatan dan kekecewaan sebelum menghadapi tantangan yang lebih besar dalam perkawinan dan hidup berkeluarga.
C. Perilaku dalam Berpacaran
Menurut Imran (2000) dalam modul perkembangan seksualitas remaja mengatakan bahwa ada beberapa bentuk perilaku dalam berpacaran :
a. Berbincang-bincang
Umumnya dengan berbincang-bincang, seseorang dapat semakin mengenal lebih dekat pasangannya dan dapat berbagi perasaan baik saat senang maupun saat sedang menghadapi masalah tertentu sehingga masalah tersebut menjadi lebih ringan dan dapat diselesaikan.
b. Berciuman
Perilaku berciuman dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Cium Kering
Yaitu aktivitas yang dilakukan pasangan berupa sentuhan pipi dengan pipi atau pipi dengan bibir. Hal ini dapat menimbulkan perasaan sayang jika diberikan pada momen tertentu dan bersifat sekilas, tetapi juga dapat menimbulkan keinginan untuk melanjutkan ke perilaku lainnya.
2. Cium Basah
Aktivitas yang dilakukan pasangan berupa sentuhan bibir dengan bibir. Dapat menimbulkan sensasi seksual yang kuat yang membangkitkan dorongan seksual hingga tak terkendali.
c. Meraba
Yaitu kegiatan meraba bagian-bagian sensitif untuk menimbulkan rangsangan seksual, seperti payudara, leher, paha atas, vagina, penis, pantat, dan lain-lain. Hal ini dapat membuat pasangan terangsang secara seksual, sehingga melemahkan control diri yang akibatnya bisa melakukan aktivitas seksual lainnya dalam berpacaran.
d. Berpelukan
Aktivitas yang dilakukan pasangan, dan hal ini dapat menimbulkan perasaan aman, nyaman, dan tenang, juga dapat menimbulkan rangsangan seksual.
e. Masturbasi
Yaitu perilaku merangsang organ kelamin untuk mendapatkan kepuasan seksual.
f. Oral sex
Aktivitas yang dilakukan pasangan berupa memasukkan alat kelamin ke dalam mulut pasangan yang berbeda jenis kelamin.
g. Petting
Petting adalah kontak fisik dengan menempalkan alat kelamin pria dan wanita sebagai upaya untuk membangkitkan dorongan seksual tanpa melakukan intercourse.
h. Intercourse
Aktivitas seksual dengan memasukkan alat kelamin pria kedalam alat kelamin wanita.

D. Alasan Umum Untuk Berpacaran Selama Masa Adolesen

            Alasan umum yang menjadi latar belakang berpacaran pada masa adolesen, yaitu:
  1. Hiburan
Apabila berkencan dimaksudkan untuk hiburan, remaja menginginkan agar pasangannya mempunyai berbagai keterampilan social yang dianggap penting oleh kelompok sebaya, yaitu sikap baik hati dan menyenangkan.
 
  1. Sosialisasi
Jika anggota kelompok sebaya membagi diri dalam pasangan-pasangan kencan, maka laki-laki dan perempuan harus berkencan apabila masih menjadi anggota kelompok dan mengikuti berbagai kegiatan sosial kelompok.
  1. Status
Berkencan bagi laki-laki dan perempuan, terutama dalam bentuk berpasangan tetap, memberikan status dalam kelompok sebaya, berkencan dalam kondisi demikian merupakan batu loncatan ke status yang lebih tinggi dalam kelompok sebaya.
  1. Masa Pacaran
Dalam pola pacaran, berkencan berperan penting karena remaja jatuh cinta dan berharap serta merencanakan perkawinan, ia sendiri harus memikirkan sungguh-sungguh masalah keserasian pasangan kencan sebagai teman hidup.
  1. Pemilihan Teman Hidup
Banyak remaja yang bermaksud cepat menikah memandang kencan sebagai cara percobaan atau usaha untuk mendapatkan teman hidup.
 
E. Dampak Pacaran
Arifin (2002) mengatakan adanya dampak positif maupun negatif dari pacaran bagi remaja, seperti:
  1. Prestasi Sekolah
Bisa meningkat atau menurun. Di dalam hubungan pacaran pasti ada suatu permasalahan yang dapat membuat pasangan tersebut bertengkar. Dampak dari pertengkaran itu dapat mempengaruhi prestasi mereka di sekolah. Tetapi tidak menutup kemungkinan dapat mendorong mereka untuk lebih meningkatkan prestasi belajar mereka.
2.   Pergaulan Sosial
Pergaulan bisa tambah meluas atau menyempit. Pergaulan tambah meluas, jika pola interaksi dalam peran hanya berkegiatan berdua, tetapi banyak melibatkan interaksi dengan orang lainnya (saudara, teman, keluarga, dan lain-lain). Pergaulan tambah menyempit, jika sang pacar membatasi pergaulan dengan yang lain (tidak boleh bergaul dengan yang lain selain dengan aku).
3        Mengisi Waktu Luang
Bisa tambah bervariatis atau justra malah terbatas. Umumnya, aktivitas pacaran tidak produktif (ngobrol, nonton, makan, dan sebagainya), namun dapat menjadi produktif, jika kegiatan pacaran diisi dengan hal-hal seperti olah raga bersama, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya.
4.   Keterkaitan Pacaran dengan Seks
Pacaran mendorong remaja untuk merasa aman dan nyaman. Salah satunya adalah dengan kedekatan atau keintiman fisik. Mungkin awalnya memang sebagai tanda atau ungkapan kasih sayang, tapi pada umunya akan sulit membedakan rasa sayang dan nafsu. Karena itu perlu upaya kuat untuk saling membatasi diri agar tidak melakukan kemesraan yang berlebihan atau seks pranikah sehingga akan muncul masalah baru yaitu KTD (Kehamilan yang Tidak Diinginkan). Tidak tertutup kemungkinan sebagai akibat dari seks pranikah ialah IMS (Infeksi Menular Seksual) dan HIV/AIDS yang banyak terjadi di kalangan remaja bahkan dapat berujung pada kematian.
5.   Penuh Masalah Sehingga Berakibat Stres
Hubungan dengan pacar tentu saja tidak semulus diduga, jadi pasti banyak terjadi masalah dalam hubungan ini. Jika remaja belum siap punya tujuan dan komitman yang jelas dalam memulai pacaran, maka akan memudahkan ia stres dan frustasi jika tidak mampu mengatasi masalahnya.
6.   Kebebasan Pribadi Berkurang
Interaksi yang terjadi dalam pacaran menyebabkan ruang dan waktu untuk pribadi menjadi lebih terbatas, karena lebih banyak menghabiskan waktu untuk berduaan dengan pacar.
7.   Perasaan Aman, Tenang, Nyaman, dan Terlindung
Hubungan emosional (saling mengasihi, menyayangi, dan menghormati) yang terbentuk ke dalam pacaran dapat menimbulkan perasaan aman, nyaman, dan terlindungi. Perasaan seperti ini dalam kadar tertentu dapat membuat seseorang menjadi bahagia, menikmati hidup, dan menjadi situasi yang kondusif baginya melakukan hal-hal positif.
F. Pacaran yang Sehat dan Bertanggungjawab
Berpacaran sebagai salah satu hubungan sosial di kalangan remaja perlu dibina dan dijalin secara sehat dan bertanggung jawab guna menghindari dampak negatif dari hubungan tersebut, dengan cara sebagai berikut:
1. Saling terbuka, mau berbagi pikiran dan perasaan secara terbuka, jujur, mau berterus terang dengan perasan kita terhadap tingkah laku pacar. Siap menerima kritik dan kompromi.
2.   Menerima pacar apa adanya yang dilandasi oleh perasaan sayang. Tidak menuntut sesuatu yang berada di luar kemampuannya.
3.  Saling menyesuaikan. Kalau dalam proses ini terlalu sering ribut, maka perlu mempertimbangkan kemungkinan berpisah.
4.  Tidak melibatkan aktivitas seksual karena dapat mengaburkan proses saling mengenal dan memahami satu sama lain.
5.  Mutual dependensi, masing-masing merasakan adanya saling ketergantungan satu sama lain. Oleh karena itu, diharapkan kita dan pacar mampu melengkapi kekurangan, sedangkan kelebihan yang dimiliki diharapkan mampu menutupi kekurangan pasangan.
6.   Mutual respect, saling menghargai satu sama lain dalam posisi yang setara. 

G. Saran
1.  Orang Tua
Orang tua hendaknya menyadari perannya sebagai orang tua, yaitu dengan menjadi orang tua yang baik. Senantiasa membimbing, memahami, memotivasi, serta menjadi sahabat yang baik pula bagi anak khususnya pada masa remaja (adolesen). Orang tua yang selalu memperhatikan anaknya dengan meminimalisir kebebasan yang diberikan kepada figur anak, apalagi anak tersebut tengah menjalin hubungan spesial dengan lawan jenisnya/ berpacaran, guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
           
2. Guru
Guru hendaknya mengajarkan atau menyampaikan kepada siswa yang tengah memasuki masa adolesen khususnya, mengenai norma maupun nilai masyarakat, serta agama demi kebaikan akhlak dan moral remaja guna mengantisipasi dampak negatif yang ditimbulkan dari berpacaran. Senantiasa menjadi konselor yang baik dalam memberikan bimbingan konseling kepada siswa, khususnya mengenai berpacaran, sehingga diharapkan siswa  yang tengah menjalin hubungan tersebut dengan pasangannya tidak terjerumus pada hal negatif dari hubungan tersebut.
                   3.  Remaja
            Saat berpacaran hendaknya remaja mampu menjaga dan memelihara organ reproduksi dengan baik. Memperkuat nilai-nilai agama yang dipedomi dalam hidup misalnya, tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah (Seks Pranikah) yang dapat membahayakan perkembangan jiwa dan masa depan remaja bersangkutan.

 
DAFTAR PUSTAKA


Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. 2003. Materi Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). Jakarta: Departemen Kesehatan.
Iskandarsyah, Aulia.2006. Remaja dan Permasalahannya. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran.
Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Kencana.
Vidya Puspa, Shella. 2010. Hubungan Antara Intensitas Cinta dan Sikap Terhadap Pornografi dengan Perilaku Seksual Pada Dewasa Awal yang Berpacaran. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Diponogoro
Yuanita, Dra. Sari. 2011. Fenomena dan Tantangan Remaja Menjelang Dewasa. Yogyakarta : Brilliant Books.
Zulkiflil, Drs. 1986. Psikologi Perkembangan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.


"SEMOGA BERMANFAAT BAGI PARA PEMBACA BUDIMAN"




Tidak ada komentar:

Posting Komentar