A. Pengertian Pacaran
Pacaran atau dating adalah
interaksi heteroseksual yang didasari rasa cinta, kasih dan sayang serta saling
memberi dan melengkapi pasangannya. Menurut Guerney dan Arthur (Dacey &
Kenney, 1997), pacaran adalah aktifitas sosial yang membolehkan dua orang yang
berbeda jenis kelaminnya untuk terikat dalam interaksi sosial dengan pasangan
yang tidak ada hubungan keluarga. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi
Ketiga, 2002:807), pacar adalah kekasih atau teman lawan jenis yang tetap dan
mempunyai hubungan berdasarkan cinta-kasih. Berpacaran adalah bercintaan;
(atau) berkasih-kasihan (dengan sang pacar). Memacari adalah mengencani; (atau)
menjadikan dia sebagai pacar. Sementara kencan sendiri menurut kamus tersebut
(lihat halaman 542) adalah berjanji untuk saling bertemu di suatu tempat dengan
waktu yang telah ditetapkan sebelumnya.
B. Tahapan Pacaran
Imran
(2000) dalam modul perkembangan seksualitas remaja mengatakan ada lima tahap
berpacaran yaitu :
a. Tahap ketertarikan
Sumber
ketertarikan terhadap lawan jenis sangat bervariasi, antara lain penampilan
fisik, kemampuan, karakter atau sifat, dan lain-lain. Pada tahap ini biasanya
masing-masing individu mengirim sinyal-sinyal, baik verbal maupun non verbal
untuk menunjukkan rasa ketertarikannya.
b. Tahap ketidakpastian
Pada tahap
kedua, terjadi peralihan dari rasa tertarik kearah tidak pasti, tepat, atau
tidaknya pasangan. Tantangan tahap ini adalah menerima ketidakpastian ini
sebagai sesuatu yang wajar dan jangan goyah. Jika seseorang yang memiliki
hubungan yang istimewa dengan lawan jenis adalah normal. Jika mendadak ragu
apakah akan melanjutkan hubungan tersebut atau tidak. Tanpa melalui tahap ini,
maka seseorang akan dapat mudah berpindah dari satu pria ke pria lain atau dari
suatu wanita ke wanita lain.
c. Tahap komitmen dan
ketertarikan
Pada tahap
ketiga ini seseorang ingin berkencan dengan lawan jenisnya secara eksklusif.
Setiap orang ingin mendapatkan kesempatan memberi dan menerima cinta dalam
suatu hubungan yang khusus tanpa harus bersaing dengan orang lain. Pada tahap
ini, setiap orang berusaha untuk menciptakan hubungan yang romantis dan saling
cinta dengan pasangannya.
d. Tahap keintiman
Pada tahap ini
mulai merasakan adanya keintiman. Tahap ini merupakan kesempatan untuk lebih
mengungkapkan diri dengan pasangan.
e. Tahap pertunangan
Dengan adanya
kepastian akan menikah, maka seseorang akan mengikatkan diri dengan
pasangannya. Pada saat inilah mulai banyak mengumpulkan pengalaman tentang
saling berbagi, memecahkan ketidaksepakatan dan kekecewaan sebelum menghadapi
tantangan yang lebih besar dalam perkawinan dan hidup berkeluarga.
C. Perilaku dalam
Berpacaran
Menurut Imran (2000) dalam
modul perkembangan seksualitas remaja mengatakan bahwa ada beberapa bentuk
perilaku dalam berpacaran :
a. Berbincang-bincang
Umumnya dengan
berbincang-bincang, seseorang dapat semakin mengenal lebih dekat pasangannya
dan dapat berbagi perasaan baik saat senang maupun saat sedang menghadapi
masalah tertentu sehingga masalah tersebut menjadi lebih ringan dan dapat
diselesaikan.
b. Berciuman
Perilaku
berciuman dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Cium Kering
Yaitu
aktivitas yang dilakukan pasangan berupa sentuhan pipi dengan pipi atau pipi
dengan bibir. Hal ini dapat menimbulkan perasaan sayang jika diberikan pada
momen tertentu dan bersifat sekilas, tetapi juga dapat menimbulkan keinginan
untuk melanjutkan ke perilaku lainnya.
2. Cium Basah
Aktivitas
yang dilakukan pasangan berupa sentuhan bibir dengan bibir. Dapat menimbulkan
sensasi seksual yang kuat yang membangkitkan dorongan seksual hingga tak
terkendali.
c.
Meraba
Yaitu
kegiatan meraba bagian-bagian sensitif untuk menimbulkan rangsangan seksual,
seperti payudara, leher, paha atas, vagina, penis, pantat, dan lain-lain. Hal
ini dapat membuat pasangan terangsang secara seksual, sehingga melemahkan
control diri yang akibatnya bisa melakukan aktivitas seksual lainnya dalam
berpacaran.
d. Berpelukan
Aktivitas yang
dilakukan pasangan, dan hal ini dapat menimbulkan perasaan aman, nyaman, dan
tenang, juga dapat menimbulkan rangsangan seksual.
e. Masturbasi
Yaitu perilaku
merangsang organ kelamin untuk mendapatkan kepuasan seksual.
f. Oral sex
Aktivitas yang
dilakukan pasangan berupa memasukkan alat kelamin ke dalam mulut pasangan yang
berbeda jenis kelamin.
g. Petting
Petting adalah
kontak fisik dengan menempalkan alat kelamin pria dan wanita sebagai upaya
untuk membangkitkan dorongan seksual tanpa melakukan intercourse.
h. Intercourse
Aktivitas
seksual dengan memasukkan alat kelamin pria kedalam alat kelamin wanita.
D. Alasan Umum
Untuk Berpacaran Selama Masa Adolesen
Alasan umum yang menjadi latar
belakang berpacaran pada masa adolesen, yaitu:
- Hiburan
Apabila
berkencan dimaksudkan untuk hiburan, remaja menginginkan agar pasangannya
mempunyai berbagai keterampilan social yang dianggap penting oleh kelompok
sebaya, yaitu sikap baik hati dan menyenangkan.
- Sosialisasi
Jika anggota
kelompok sebaya membagi diri dalam pasangan-pasangan kencan, maka laki-laki dan
perempuan harus berkencan apabila masih menjadi anggota kelompok dan mengikuti
berbagai kegiatan sosial kelompok.
- Status
Berkencan bagi
laki-laki dan perempuan, terutama dalam bentuk berpasangan tetap, memberikan
status dalam kelompok sebaya, berkencan dalam kondisi demikian merupakan batu
loncatan ke status yang lebih tinggi dalam kelompok sebaya.
- Masa Pacaran
Dalam pola
pacaran, berkencan berperan penting karena remaja jatuh cinta dan berharap
serta merencanakan perkawinan, ia sendiri harus memikirkan sungguh-sungguh
masalah keserasian pasangan kencan sebagai teman hidup.
- Pemilihan Teman Hidup
Banyak remaja
yang bermaksud cepat menikah memandang kencan sebagai cara percobaan atau usaha
untuk mendapatkan teman hidup.
E. Dampak
Pacaran
Arifin (2002) mengatakan
adanya dampak positif maupun negatif dari pacaran bagi remaja, seperti:
- Prestasi Sekolah
Bisa
meningkat atau menurun. Di dalam hubungan pacaran pasti ada suatu permasalahan
yang dapat membuat pasangan tersebut bertengkar. Dampak dari pertengkaran itu
dapat mempengaruhi prestasi mereka di sekolah. Tetapi tidak menutup kemungkinan
dapat mendorong mereka untuk lebih meningkatkan prestasi belajar mereka.
2.
Pergaulan Sosial
Pergaulan
bisa tambah meluas atau menyempit. Pergaulan tambah meluas, jika pola interaksi
dalam peran hanya berkegiatan berdua, tetapi banyak melibatkan interaksi dengan
orang lainnya (saudara, teman, keluarga, dan lain-lain). Pergaulan tambah
menyempit, jika sang pacar membatasi pergaulan dengan yang lain (tidak boleh
bergaul dengan yang lain selain dengan aku).
3
Mengisi Waktu Luang
Bisa
tambah bervariatis atau justra malah terbatas. Umumnya, aktivitas pacaran tidak
produktif (ngobrol, nonton, makan, dan sebagainya), namun dapat menjadi
produktif, jika kegiatan pacaran diisi dengan hal-hal seperti olah raga
bersama, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya.
4. Keterkaitan
Pacaran dengan Seks
Pacaran mendorong remaja untuk
merasa aman dan nyaman. Salah satunya adalah dengan kedekatan atau keintiman
fisik. Mungkin awalnya memang sebagai tanda atau ungkapan kasih sayang, tapi
pada umunya akan sulit membedakan rasa sayang dan nafsu. Karena itu perlu upaya
kuat untuk saling membatasi diri agar tidak melakukan kemesraan yang berlebihan
atau seks pranikah sehingga akan muncul masalah baru yaitu KTD (Kehamilan yang
Tidak Diinginkan). Tidak tertutup kemungkinan sebagai akibat dari seks pranikah
ialah IMS (Infeksi Menular Seksual) dan HIV/AIDS yang banyak terjadi di
kalangan remaja bahkan dapat berujung pada kematian.
5.
Penuh Masalah Sehingga Berakibat Stres
Hubungan
dengan pacar tentu saja tidak semulus diduga, jadi pasti banyak terjadi masalah
dalam hubungan ini. Jika remaja belum siap punya tujuan dan komitman yang jelas
dalam memulai pacaran, maka akan memudahkan ia stres dan frustasi jika tidak
mampu mengatasi masalahnya.
6.
Kebebasan Pribadi Berkurang
Interaksi
yang terjadi dalam pacaran menyebabkan ruang dan waktu untuk pribadi menjadi
lebih terbatas, karena lebih banyak menghabiskan waktu untuk berduaan dengan
pacar.
7.
Perasaan Aman, Tenang, Nyaman, dan Terlindung
Hubungan emosional (saling mengasihi, menyayangi, dan
menghormati) yang terbentuk ke dalam pacaran dapat menimbulkan perasaan aman,
nyaman, dan terlindungi. Perasaan seperti ini dalam kadar tertentu dapat
membuat seseorang menjadi bahagia, menikmati hidup, dan menjadi situasi yang
kondusif baginya melakukan hal-hal positif.
F. Pacaran
yang Sehat dan Bertanggungjawab
Berpacaran
sebagai salah satu hubungan sosial di kalangan remaja perlu dibina dan dijalin
secara sehat dan bertanggung jawab guna menghindari dampak negatif dari
hubungan tersebut, dengan cara sebagai berikut:
1.
Saling terbuka, mau berbagi pikiran dan perasaan secara terbuka, jujur, mau
berterus terang dengan perasan kita terhadap tingkah laku pacar. Siap menerima
kritik dan kompromi.
2. Menerima pacar apa adanya yang dilandasi oleh perasaan
sayang. Tidak menuntut sesuatu yang berada di luar kemampuannya.
3. Saling menyesuaikan. Kalau dalam proses ini terlalu sering
ribut, maka perlu mempertimbangkan kemungkinan berpisah.
4. Tidak melibatkan aktivitas seksual karena dapat mengaburkan
proses saling mengenal dan memahami satu sama lain.
5. Mutual dependensi, masing-masing merasakan adanya saling
ketergantungan satu sama lain. Oleh karena itu, diharapkan kita dan pacar mampu
melengkapi kekurangan, sedangkan kelebihan yang dimiliki diharapkan mampu
menutupi kekurangan pasangan.
6. Mutual respect, saling menghargai satu sama lain dalam posisi yang
setara.
G. Saran
1. Orang Tua
Orang
tua hendaknya menyadari perannya sebagai orang tua, yaitu dengan menjadi orang
tua yang baik. Senantiasa membimbing, memahami, memotivasi, serta menjadi
sahabat yang baik pula bagi anak khususnya pada masa remaja (adolesen). Orang tua yang selalu
memperhatikan anaknya dengan meminimalisir kebebasan yang diberikan kepada
figur anak, apalagi anak tersebut tengah menjalin hubungan spesial dengan lawan
jenisnya/ berpacaran, guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
2. Guru
Guru hendaknya mengajarkan atau
menyampaikan kepada siswa yang tengah memasuki masa adolesen khususnya,
mengenai norma maupun nilai masyarakat, serta agama demi kebaikan akhlak dan moral remaja
guna mengantisipasi dampak negatif yang ditimbulkan dari berpacaran. Senantiasa
menjadi konselor yang baik dalam memberikan bimbingan konseling kepada siswa,
khususnya mengenai berpacaran, sehingga diharapkan siswa yang tengah menjalin hubungan tersebut dengan
pasangannya tidak terjerumus pada hal negatif dari hubungan tersebut.
3. Remaja
Saat
berpacaran hendaknya remaja mampu menjaga dan memelihara organ reproduksi
dengan baik. Memperkuat nilai-nilai agama yang dipedomi dalam hidup misalnya,
tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah (Seks Pranikah) yang dapat
membahayakan perkembangan jiwa dan masa depan remaja bersangkutan.
DAFTAR
PUSTAKA
Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. 2003. Materi Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
(PKPR). Jakarta: Departemen Kesehatan.
Iskandarsyah,
Aulia.2006. Remaja dan Permasalahannya. Bandung: Fakultas Psikologi
Universitas Padjadjaran.
Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Kencana.
Vidya Puspa, Shella. 2010. Hubungan Antara Intensitas Cinta dan Sikap
Terhadap Pornografi dengan Perilaku Seksual Pada Dewasa Awal yang Berpacaran.
Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Diponogoro
Yuanita, Dra. Sari. 2011. Fenomena dan Tantangan Remaja Menjelang Dewasa. Yogyakarta :
Brilliant Books.
Zulkiflil, Drs. 1986. Psikologi Perkembangan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
"SEMOGA BERMANFAAT BAGI PARA PEMBACA BUDIMAN"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar