A. Masalah Pengajaran
dan Pengelolaan Kelas
Dalam menangani
tugas-tugasnya, guru sering menghadapi
permasalahan dengan kegiatan-kegiatan di dalam
kelasnya. Permasalahan ini meliputi dua jenis, yaitu yang menyangkut pengajaran
dan yang menyangkut pengelolaan kelas. Guru-guru harus mampu membedakan kedua
permasalahan itu dan menemukan pemecahannya secara tepat. Amat sering terjadi
guru-guru menangani masalah yang bersifat pengajaran dengan pemecahan yang
bersifat pengelolaan dan sebaliknya. Misalnya, seorang guru berusaha membuat
penyajian pelajaran lebih menarik agar siswa yang sering tidak masuk menjadi
lebih tertarik untuk menghadiri pelajaran itu, padahal siswa tersebut tidak
senang berada di kelas itu karena dia merasa tidak diterima oleh
kawan-kawannya. Pemecahan seperti ini tentu saja tidak tepat. “Membuat
pelajaran lebih menarik” adalah permasalahan pengajaran, sedangkan “diterima
atau tidak diterima oleh siswa” adalah
permasalahan pengelolaan. Masalah pengajaran harus ditangani dengan pemecahan
yang bersifat pengajaran dan masalah pengelolaan harus ditangani dengan
pemecahan yang bersifat pengelolaan. Ada
dua jenis masalah pengelolaan kelas, yaitu yang bersifat perorangan dan yang
bersifat kelompok. Disadari bahwa masalah perorangan dan masalah kelompok
seringkali menyatu dan amat sukar dipisahkan yang satu dari yang lain. Namun
demikian, pembedaan antara kedua jenis masalah itu akan bermanfaat, terutama apabila
guru ingin mengenali dan menangani permasalahan yang ada dalam kelas yang
menjadi tanggungjawabnya.
B. Masalah Perorangan
Penggolongan masalah perorangan ini didasarkan atas anggapan
dasar bahwa tingkah laku manusia itu mengarah pada pencapaian suatu tujuan.
Setiap individu memiliki kebutuhan dasar untuk memiliki dan untuk merasa
dirinya berguna. Jika seorang individu gagal mengembangkan rasa memiliki dan
rasa dirinya berharga maka dia akan bertingkah laku menyimpang. Menurut Rudolf Dreiklurs dan Pearl Cassel, ada empat jenis penyimpangan tingkah laku,
yaitu :
·
Attention getting behaviors (pola
perilaku mencari perhatian).
·
Power seeking behaviors (pola
perilaku menunjukkan kekuatan)
·
Revenge seeking behaviors (pola
perilaku menunjukkan balas dendam).
·
Helplessness (peragaan
ketidakmampuan).
Keempat tingkah laku ini diurutkan makin lama
makin berat. Misalnya, seorang anak yang gagal menarik perhatian orang lain
boleh jadi menjadi anak yang mengejar kekuasaan. Masalah perorangan ini mengacu
pada masalah psikologis anak/jiwa anak.
Ada empat teknik
sederhana untuk mengenali adanya masalah-masalah perorangan seperti diuraikan
diatas pada diri para siswa.
1. Jika
guru merasa terganggu (atau bosan) dengan tingkah laku seorang siswa, hal itu
merupakan tanda bahwa siswa yang bersangkutan mungkin mengalami masalah mencari
perhatian.
2. Jika
guru merasa terancam (atau merasa dikalahkan), hal itu merupakan tanda bahwa
siswa yang bersangkutan mungkin mengalami masalah mencari kekuasaan.
3. Jika
guru merasa amat disakiti, hal itu merupakan tanda bahwa siswa yang
bersangkutan mungkin mengalami masalah menuntut balas.
4. Jika
guru merasa tidak mampu menolong lagi, hal itu merupakan tanda bahwa siswa yang
bersangkutan mungkin mengalami masalah ketidakmampuan. Ditekankan, guru
hendaknya benar-benar mampu mengenali dan memahami secara tepat arah tingkah
laku siswa-siswa yang dimaksud (apakah tingkah laku siswa itu mengarah ke
mencari perhatian, mencari kekuasaan, menuntut balas, atau memperlihatkan
ketidakcampuran) agar guru itu mampu menangani masalah siswa secara tepat pula.
Menurut Manan Rahman, (1998:58) dari keempat tindakan individu di atas sebagaimana
dikemukakan oleh Rodolf Dreikurs akan mengakibatkan terbentuknya empat pola
tingkah laku yang sering nampak pada anak usia sekolah yaitu:
a)
Pola aktif
konstruktif yaitu pola tingkah laku yang ekstrim, ambisius untuk menjadi
superstar di kelasnya dan berusaha membantu guru dengan penuh vitalitas dan
sepenuh hati.
b)
Pola aktif
destruktif yaitu pola tingkah laku yang diwujudkan dalam bentuk membuat
banyolan, suka marah, kasar dan memberontak.
c)
Pola pasif
konstruktif yaitu pola yang menunjukkan kepada satu bentuk tingkah laku yang
lamban dengan maksud supaya selalu dibantu dan mengharapkan perhatian.
d)
Pola pasif
destruktif yaitu pola tingkah laku yang menunjuk kemalasan (sifat malas) dan
keras kepala.
Murid-murid yang tidak bisa menaikkan statusnya dengan cara yang dapat
diterima oleh lingkungannya, biasanya akan mencari jalan lain, baik melalui
tindakan untuk menarik perhatian yang aktif maupun yang pasif.
a)
Cara aktif : Bentuk mencari perhatian yang aktif bersifat merusak, misalnya bergaya
sok, melawak, mengacau, menjadi anak nakal, anak yang terus-menerus bertanya
atau ramai dikelas.
b)
Cara Pasif : Bentuk pasif dalam mencari perhatian yang bersifat merusak misalnya,
pemaksaan atau ingin mendapatkan perhatian orang lain dengan meminta tolong
terus.
Perilaku untuk mencari kekuasaan hampir
sama dengan kasus tindakan di atas, namun sifatnya lebih kuat yakni mencari
perhatian yang sifatnya merusak.
a)
Pencari
kekuasaan yang aktif biasanya suka membantah, berbohong, pemukul, mempunyai
watak pemarah, menolak perintah, dan benar-benar tidak mau tunduk.
b)
Pencari
kekuasaan yang pasif adalah orang yang kemalasannya sangat nyata, yang biasanya
tidak mau bekerja sama sekali. Murid seperti ini sangat pelupa, keras kepala,
dan tidak mau patuh.
Murid yang mencari pelampiasan dendam
disebabkan putus asa dan bingung sehingga mencari keberhasilan dengan cara
menyakiti orang lain, menyerang secara fisik (mencakar, memukul, menendang)
bermusuhan dengan teman-temannya, memaksa dengan kekuasaan. Biasanya anak
tersebut pelampiasannya lebih banyak secara aktif daripada secara pasif.
Keaktifan mereka digambarkan sebagai anak yang kejam dan penuh kebencian,
sedangkan mereka yang pasif digambarkan sebagai orang yang cemberut dan
menantang.
Lebih lanjut Dreikurs dan Cassel
menegaskan bahwa guru harus dengan tepat mengidentifikasi dan memahami tujuan
tindakan anak sehingga secara efektif dapat dilakukan penanganannya
C. Masalah Kelompok
Lois U Johnson dan Marry A. Bany mengemukakan ada
tujuh masalah kelompok yang dikenal dalam kaitannya dengan pengelolaan kelas,. Masalah-masalah yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
- Kekurang-kompakan, ditandai dengan adanya kekurangcocokan (konflik) diantara para anggota kelompok. Konflik antara siswa-siswi dari kelompok yang berjenis kelamin atau bersuku berbeda termasuk ke dalam kategori kekurang-kompakan ini.
- Kekurangmampuan mengikuti peraturan kelompok, jika suasana kelas menunjukkan bahwa siswa-siswi tidak mematuhi aturan-aturan kelas yang telah ditetapkan. Contoh berisik, bertingkah laku mengganggu padahal pada waktu itu semua siswa diminta tenang, berbicara keras-keras atau mengganggu kawan padahal waktu itu siswa diminta tenang bekerja di tempat duduk masing-masing.
- Reaksi negatif terhadap sesama anggota kelompok, terjadi apabila ekspresi yang bersifat kasar dilontarkan terhadap anggota kelompok yang tidak diterima oleh kelompok itu, anggota kelompok yang menyimpang dari aturan kelompok, atau anggota kelompok yang menghambat kegiatan kelompok. Anggota kelompok dianggap menyimpang ini kemudian dipaksa oleh kelompok itu untuk mengikuti kemauan kelompok.
- Penerimaan kelas (kelompok) atau tingkah laku yang menyimpang, terjadi apabila kelompok itu mendorong timbulnya dan mendukung anggota kelompok yang bertingkah laku menyimpang dari norma-norma social pada umumnya. Contoh perbuatan mengolok-olok (memperlawakan), misalnya membuat gambar-gambar yang lucu tentang guru.
- Kegiatan anggota atau kelompok yang menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan, berhenti melakukan kegiatan atau hanya meniru-niru kegiatan orang (anggota) lainnya saja. Dalam hal ini kelompok mereaksi secara berlebihan terhadap hal-hal yang sebenarnya tidka berarti atau bahkan memanfaatkan hal-hal kecil untuk mengganggu kelancaran kegiatan kelompok tersebut. Contoh para siswa menolak untuk melakukan kegiatan karena guru dianggap tidak adil. Suasana sering diwarnai dengan kekhawatiran dan ketidaktentuan.
- Ketiadaan semangat, tidak mau bekerja, dan tingkah laku agresif atau protes, dinyatakan secara terbuka maupun selubung. Permintaan penjelasan yang terus menerus tentang sesuatu tugas, kehilangan pensil, lupa mengerjakan tugas rumah, atau tugas tertinggal di rumah, tidak dapat mengerjakan tugas karena ada gangguan tertentu adalah contoh protes atau keengganan bekerja. Masalah kelompok ini menyangkut unsur adaptasi social dan unsur adaptasi pribadi.
- Ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan, terjadi apabila kelompok (kelas) mereaksi secara tidak wajar terhadap peraturan baru atau perubahan peraturan, pengertian keanggotaan kelompok, perubahan jadwal kegiatan, pergantian guru, dan lain-lain. Jika hal ini terjadi, para siswa sedang mereaksi terhadap suatu ketegangan tertentu, mereka menganggap perubahan yang terjadi sebagai ancaman terhadap kebutuhan kelompok.
D. Faktor yang Mempengaruhi Masalah
Pengelolaan Kelas
Secara umum dapat dikemukakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya masalah-masalah dalam pengelolaan
kelas adalah faktor yang bersumber dari: (1) guru, (2) anak, (3) kurikulum, (4)
fasilitas, (5) dinamika kelas dan (6) keluarga.
a)
Faktor yang Bersumber dari Guru
·
sering marah,
·
tak pernah senyum,
·
sering mencela dan mengecam,
·
tidak suka membantu murid melakukan aktivitas pembelajaran,
·
pilihkasih,
·
menekan murid-murid tertentu,
·
tinggi hati, sombong dan tidak mengenal murid,
·
kejam, tidak toleran, kasar, terlampau keras dan menyuramkan kehidupan murid,
·
tidak memberikan perlakuan yang adil kepada murid,
·
tidak menjaga
perasaan anak,membentak-bentak murid sehingga mereka takut dan merasa tidak aman,
·
tidak menaruh perhatian kepada murid dan tidak memahami
murid,
·
menyuruh
anak melakukan aktivitas yang
tidak sesuai dengan perkembangannya,
·
tidak sanggup
menjaga disiplin dalam kelas, tidak dapat mengontrol kelas, dan tidak
menghormati diri sendiri sebagai guru.
Secara lebih tegas dapat diungkapkan
bahwa kepribadian guru yang kurang baik akan berdampak negatif terhadap
perkembangan siswa.
b) Faktor
yang Bersumber dari Anak
Secara
lebih rinci Levin dan Nolan mengungkapkan faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap perilaku anak, yaitu :
Kesiapan guru untuk
melaksanakan kegiatan pembelajaran
Terpenuhi atau tidaknya
kebutuhan dasar anak, seperti makan,adalah
faktor yang mempengaruhi perilaku anak di kelas
Kebutuhan anak untuk memiliki sesuatu yang berarti
Perubahan sosial di lingkungan
sekolah,
Perkembangan
pengetahuan dan
moral,
Kelemahan yang bersumber dari kegiatan pembelajaran.
Selanjutnya Cole dan Chan (1994, dalam Hadiyanto, 2000)
mengemukakan
pula tiga
kelompok faktor yang dapat menyebabkan terjadinya perilaku peserta didik yang menyimpang,
yaitu:
ü Faktor negatif dari program
pembelajaran/ sekolah,
ü Faktor negatif dari rumah,
pergaulan teman sebaya dan masyarakat,
ü Faktor negatif dari kepribadian
dan kepekaan dalam penyesuaian diri.
Faktor
negatif yang berkaitan dengan sekolah/ program pebelajaran adalah:
§
Kelemahan pengajaran,
§
Kurangnya komunikasi kelas,
§
Hukuman yang diberikan
oleh guru,
§
Kurang harmonisnya hubungan
guru murid,
§
Harapan guru yang gagal,
§
Sikap guru yang negatif,
§
Kurangnya bimbingan guru,
§
Kurikulum yang tidak
mendukung.
Faktor-faktor negatif dari rumah, teman sebaya dan
masyarakat yang menjadi penyebab terhadap perilaku anak yang menyimpang
adalah:
Ø
Latar belakang keluarga yang tidak mendukung,
Ø
Kurangnya dukungan sosial
dari keluarga,
Ø
Pengaruh teman sebaya yang negatif,
Ø
Anak yang tersiksa
Ø
Harapan orang tua yang gagal,
Ø
Sikap negatif orang tua,
Ø
Kurangnya
dukungan emosional di rumah,
Ø
Sikap dari kelompok teman sebaya yang tidak kooperatif.
Terakhir, faktor-faktor negatif yang berhubungan dengan kepribadian dan penyesuaian
diri yang dapat mempengaruhi perilaku anak yang menyimpang adalah:
v
Ketidakstabilan emosional,
v
Sikap
negatif terhadap guru
v
Belum
matang
v
Ketidakmampuan menyesuaikan
diri
v
Kurang percaya diri
v
Kurang keunggulan diri
v
Sikap
negatif terhadap
sekolah
v
Kurang
kesadaran terhadap usaha-usaha penting.
c)
Faktor yang
Bersumber dari Kurikulum
·
Kekakuan guru
terhadap kurikulum yang ada akan mempengaruhi kegiatan pengelolaan kelas
yang dilakukannya.
·
Terdapat
kecenderungan bahwa praktik pendidikan yang berlangsung tidak sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
d)
Faktor yang Bersumber dari Fasilitas
§ Keadaan bangunan fisik sekolah yang tidak layak dijadikan tempat penyelenggaraan pendidikan,
misalnya dinding sekolah/kelas yang kotor, lantai dalam ruang kelas yang tidak datar atau atap bangunan yang bocor.
§ Tidak tersedianya ruang pendukung kelancaran aktivitas pembelajaran seperti; kamar kecil, ruang
musik, ruang istirahat, ruang perpustakaan dan lain sebagainya;
§ Ukuran ruang kelas yang terlalu kecil sehingga membatasi pergerakan dan aktivitas siswa, ruang kelas yang tidak memiliki ventilasi yang cukup sehingga pertukaran udaratidak baik
§ Suasana kelas yang gelap sebagai akibat dari kekurangan cahaya masuk atau sistem penerangan
yang tidak mencukupi
§ Tidak tersedia alat-alat penunjang pembelajaran seperti alat peraga,
media pembelajaran, dan lain-lain.
e)
Faktor yang
Bersumber dari Dinamika Kelas
Ø Anak merasa tertekan dalam kelas
Ø Suasana kelas tampak tegang
Ø Anak takut kepada guru
Ø Anak tidak mau atau enggan melakukan
aktivitas belajar yang dianjurkan guru
Ø
Banyak
anak berperilaku menyimpang
Ø
Kemarahan guru memuncak seiring dengan
meningkatnya jumlah anak yang berperilaku menyimpang.
f)
Faktor yang Bersumber dari Keluarga
Secara lebih khusus, menurut Hurlock
ada sejumlah sikap orang tua yang khas yang berpengaruh terhadap anak,
yaitu:
v
Melindungi anak secara berlebihan menyebabkan anak mempunyaiketergantungan
kepada orang lain, kurang rasa percaya diri dan frustrasi
v
Bersikap permisivitas orang tua terhadap anak berarti orang tua membiarkan anak berbuat sesuka hati, dengan sedikit
kekangan. Sikap permisif yang tidak berlebihan dapat mendorong anak
menjadi kreatif, cerdik, percaya diri dan matang
v
Memanjakan anak secara berlebihan
mengakibatkan anak egois dan penuntut banyak perhatian dan pelayanan
dari orang lain, sehingga penyesuaian sosial kurang baik
v
Sikap penolakan cenderung mengabaikan kesejahteraan anak. Hal ini dapatmenimbulkan
rasa dendam, perasaan tak berdaya dan perilaku gugup
v
Dominasi, anak
yang selalu didominasi cenderung pemalu, patuh dan mudahdipengaruhi oleh
orang lain, mengalah, rendah diri dan sangat sensitive
v
Tunduk pada anak mengakibatkan anak memerintah orang tua dan sedikit tenggang rasa. Anak
belajar menentang semua yang berwenang dan mencoba mendominasi orang di
luar lingkungan rumah
v
Favoritisme, kebanyakan
orang tua tidak bersikap sama terhadap anak, artinya ada anak yang favorit
sehingga orang tua lebih menuruti keinginan dan mencintai anak favorit. Dampak dari sikap ini anak akan selalu berupaya
untuk mendominasi dalam pergaulan
v
Ambisi orang tua kepada anaknya, namun kadangkala tidak realistis. Hal ini
disebabkan oleh ambisi dan hasrat orang tua yang tidak tercapai dandiharapkan
anak dapat merealisasikannya. Jika anak tidak dapat memenuhinya, anak cenderung bersikap bermusuhan, tidak bertanggung
jawab dan prestasi di bawah kemampuan.